Minggu, 11 Desember 2016

Pengembangan Madu Hutan di Sumbawa NTB


Sumbawa, salah satu Kabupaten di Provinsi NTB (dengan luas 516.242 Ha atau (48.67 %). Merupakan salah satu wilayah yang cukup penting bagi upaya pelestarian keanekaragaman hayati di Nusa Tenggara, walaupun secara luasan relatif lebih kecil di banding wilayah lai di Indonesia. Dan salah satu potensi alam yang dikembangkan di Kabupaten Sumbawa adalah madu hutan.

Madu lebah hutan di Sumbawa sebagian besar di hasilkan oleh jenis lebah dari Apisdorsata atau oleh banyak kalangan perlebahan dikategorikan sebagai batu raksasa karena ukurannya lebih besar dari jenis lebah madu lainnya. Jenis Apis dorsata ini merupakan jenis lebah hutan yang hingga saat ini di kalangan masyarakat Sumbawa belum dapat dibudidayakan baik dengan cara tertutup maupun dengan cara terbuka. Species lebah ini dapat di temukan di seluruh desa yang berbatasan langsung dengan kawasan hutan. Jumlah desa yang berbatasan langsung dengan hutan sebanyak 114 desa dari jumlah total 145 desa di kota Kabupaten Sumbawa.

Sejak puluhan tahun lalu, lebah hutan ini dimanfaatkan oleh masyarakat Sumbawa untuk diperdagangkan sehingga Sumbawa dikenal sebagai daerah penghasil madu. Pengelolaan madu oleh masyarakat Sumbawa umumnya dilakukan secara tradisional, dengan memanjat Boan (sebutan bagi pohon tinggi yang memiliki sarang lebah). 1 Boan terdapat 1-10 sarang. Pemanjat biasanya menggunakan Api Poyong untuk mengusap sarang atau koloni. Untuk memanjat masyarakat menggunakan Rangke atau Lonto semacam tangga yang dipakai panjatan pohon tinggi (boan). Waktu pengambilan madu dilakukan pada siang hari, hal ini memberikan kesempatan pada lebah untuk dapat kembali pada pohon setelah proses selesai. Seluruh bahan dalam proses pengambilan madu bersumber dari sekitar hutan.

Berdasarkan tipologi hutan wilayah Kabupaten Sumbawa, pemasok madu terbanyak di Jaringan Madu Hutan Sumbawa (JMHS) dengan kisaran 5 – 10 ton/tahun, potensi madu di peroleh dari tipologi :

Hutan dengan asosiasi-asosiasi tanaman tertentu;
hutan tropik lembab (± 1000 mdpl) yang banyak terdapat jenis Kelicung (Dyospyros sp), Gaharu (Aquilaria caryota), Ipil (Instia bijuga), terdapat juga asosiasi-asosiasi Dipterocarpaceae, asosiasi Duobanga moluccana (Rajumas/Rimas);
hutan Riparian (hutan di lembah sepanjang sungai) dicirikan dengan pohon menjulang tinggi misalnya Binong (Tetrameles nudiflora), Serianthes sp., Lagerstroemia speciosa, Eugunia subglauca.
Pasokan madu di JMHS sebanyak 1-5 ton 1 tahun di peroleh dari tipologi ; ( 1 ) hutan berdiri ( Thorn Forest ) dengan tegakan tinggi ratarata 10-15 meter dengan penampakan kulit mengelupas dan berduri Kesambi (Schleichera oleosa), pulai (Alstonia spp), asam (Tamarindus spp) ; (2) hutan tropik kering (100 mdpl) dengan sebaran jenis familia Legum (polong-polongan), Fabaceae, Meliacear, Pohon Ketimis (Protium javanicum), kesambi/kesaming (Schleichera oleosa), dll. (3) hutan Mangrove. Tanaman lokal yang merupakan pohon (boan) adalah jenis Kesambi/Kesaming (Schleichera oleosa), Pulai/Lita (Alstonia spp), Asam (Tamarindus spp), Binong (Tetrameles nudiflora), Putat (Barringtonia acutangula), Kemiri, Bidara. Sedangakan tanaman lokal yang merupakan sumber pakan lebah hutan adalah Kesambi/Kesaming (Schleichera oleosa), Asam (Tamarindus spp), Putat (Barringtonia acutangula), Maja (Eugenia operculata), Doat/Duwet (Eugenia polyantha), Salam (Artocarpus elasticus), Kemiri, Bidara, Semaksemak, dll.

MANFAAT PENGEMBANGAN MADU TERHADAP MANUSIA DAN KONSERVASI
 Bagi Manusia
Khusus masyarakat Sumbawa merupakan sumber mata pencaharian dan secara umum
sebagai produk perekonomian. Lebah merupakan sumber plasma nutfah, objek pendidikan,
penelitian dan pariwisata minat khusus; madunya sebagai sumber obat dan penjaga
kesehatan yang paling baik.
 Bagi Flora
Sebagai agen penyerbuk yang menunjang bagi perkembangbiakan berbagai jenis tumbuhan.
 Bagi Lingkungan dan Konservasi
Adanya kearifan masyarakat kondisi hutan dapat terjaga dari perambahan dan kebakaran,
selain penjagaan masyarakat juga melakukan pembinaan habitat serta reboisasi dan
rehabilitasi dengan jenis pohon yang menjadi pakan lebah.

MANFAAT PEMBERDAYAAN MADU TERHADAP KELESTARIAN HIDUP LEBAH ITU SENDIRI

 Pengembangan teknik panen seperti :
a. Pemanenan di siang hari
b. Sistem pengasapan
c. Pemanenan sarang madu/lebah

 Dulunya panen dilakukan pada waktu malam hari, katanya lebih jinak dibandingkan pada waktu siang hari, tapi dengan panen malam hari, lebah biasanya tidak bisa kembali lagi ke sarangnya atau jatuh ke air dan mati, karena lebah memerlukan matahari untuk membantu navigasinya.

 Asapan yang digunakan dengan menggunakan akar kayu tidak hanya mengusir lebah tetapi juga membunuh, karena lebah menyerang bara api ketika malam. Dengan teknik pengasapan bisa mengatasi jumlah kematian lebah.

 Sarang lebah tidak dipanen seluruh sarang, tetapi hanya kepala madu tempat lebah menyimpan madunya. Dengan demikian, lebah dapat membuat kembali kepala madu dan mengisinya kembali jika pakan cukup banyak musim itu. Dengan begitu, bisa lebih dari sekali panen satu sarang semusim dan juga anak-anak lebah akan dapat berkembang dengan baik.

 Penjagaan dan pembinaan habitat lebah selain dapat meningkatkan hasil madu juga sekaligus menjaga dan melestarikan kehidupan lebah itu sendiri.

Pengembangan Pusat Pembelajaran Pengolahan Madu Hutan :

 Pemanfaatan HHBK madu hutan di Sumbawa masih dilakukan secara tradisional, sehingga diperlukan kebijakan yang dapat membingkai upaya tradisional yang dapat mendukung konservasi hutan melalui lebah hutan;

 Permenhut No.P.37/Menhut-II/2007 tentang HKm, diatur bahwa pemanfaatan HHBK madu hutan sebagai bagian dari Hkm. Ini menunjukkan bahwa kedepan akan ada Hkm Madu hutan (luput dari perhatian kalangan penggiat Hkm). Bagaimana konsep dan prakteknya, Pemerintah Kabupaten Sumbawa bersama JMHS–JMHI– NTFP EP, akan mendorong hal ini sebagai satu model Hkm diluar mainstream Hkm selama ini. Sekaligus menjadi pusat pembelajaran madu hutan di Indonesia Bagian Timur.

Sumber: negerikaya